Reporter : Mira
BONTANG, KALTIMOKE – Sekitar 8 bulan lalu Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tepatnya 18 Maret 2020. Seperti yang diketahui bersama hal tersebut merupakan dampak Covid-19.
Namun, melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) serta Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan kebijakan tatap muka bisa diselenggarakan kembali.
Akan tetapi, ada tiga pihak yang menentukan apakah sekolah boleh dibuka atau tidak pada semester genap 2021 mendatang. Ketiga pihak tersebut antara lain Pemerintah Daerah (Pemda) itu sendiri, Pemda atau dalam situasi yang lain Kantor Wilayah (Kanwil) atau Kantor Kementerian Agama (Kemenag).
Menanggapi hal tersebut, Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Kota Bontang, Sultani mengatakan, meski Pemerintah Pusat sudah mengizinkan, namun hingga saat ini Kemenag Bontang belum membahas proses belajar mengajar yang akan diselenggarakan secara langsung itu.
“Kita belum dapat arahan dari pemda, Mbak,” tuturnya saat dihubungi Kaltimoke.co.id, Senin (1/12/2020).
Adapun jumlah sekolah berbasis agama dibawah naungan Kemenag Bontang yakni 19 sekolah. Diantaranya Raudhatul Athfal (RA) berjumlah 11 sekolah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 6 sekolah, serta Madrasah Aliyah (MA) 2 sekolah.
Lanjut Sultani, sebelum tatap muka diterapkan fasilitas penunjang pembelajaran terutama protokol kesehatannya harus diperhatikan. Oleh karena itu, pihaknya akan menggelar rapat internal dengan pihak sekolah binaannya.
“Kalau memang tatap muka diberlakukan kita akan rapat internal bersama madrasah dan orangtua anak didik,” ujarnya.
“Tapi jika orangtua mereka belum memberi izin, itu berarti harus tetap dapat pelayanan pembelajaran,” sambung Sultani.
Lebih jauh dirinya berharap, virus tak kasat mata ini segera berlalu. Agar aktifitas masyarakat dan pembelajaran dapat berjalan lancar.
Sementara, Munira salah seorang wali murid sekolah dasar menyebutkan setuju dengan diberlakukannya kembali sekolah tatap muka. Menurutnya hal itu adalah solusi terbaik bagi para orangtua.
“Kabar ini yang saya nanti-nantikan selaku pengganti guru di rumah,” ungkapnya.
Selain itu, ia merasa capek dan lelah sebab banyak pelajaran yang tidak ia mengerti. Kuantitas belajar pun berbeda antara sekolah dan rumah, disiplin anak-anak jadi berkurang.
“Biasanya kan bangun pagi, sekarang banyak mainnya juga,” pungkasnya. (**)