Reporter : Mira
BONTANG, KALTIMOKE – Indonesia terakhir kali mengalami resesi pada 1997-1998 ketika krisis moneter menghantam Asia. Namun, 2020 ini Negara berlambang Garuda ini telah resmi masuk resesi lagi, seiring dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang sudah dua kali berturut-turut mengalami kontraksi.
Pada kuartal III-2020 ekonomi Indonesia minus 3,49 persen. Hal tersebut mendorong Indonesia ke dalam jurang resesi setelah pada kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan ekonomi minus. Pada ekonomi di kuartal II-2020 minus yang tercatat mencapai 5,32 persen.
Kuartal ekonomi sendiri merupakan perhitungan perkembangan dalam jangka waktu per 3 bulan. Baik itu perhitungan pertumbuhan ekonomi, utang, Produk Dosmeti Bruto (PDB) dan semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan makro ekonomi.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Badan Pendapat Daerah (Bapenda) Kota Bontang Sigit Alfian mengatakan, resesi membuat pemerintah termasuk Bontang harus menyiapkan strategi untuk menghadapi melemahnya ekonomi.
Lalu, bagaimana langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang menghadapi resesi kedepan? Yaitu dengan mengandalkan Dana Bagi Hasil (DBH), pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan potensi pariwisata.
“Masih mengandalkan DBH, kalau dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) harga jual minyak per barel masih sekitar Rp50 juta dan pengaruhnya terletak dibagi hasil,” sebutnya saat ditemui, Rabu (11/11/2020).
Di tahun 2021 DBH di Kota Bontang terhitung rendah dikarenakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hanya sebesar Rp1,2 trilliun, itu sudah mencakup keseluruhan.
“Walaupun anggarannya kecil di tahun 2021 jangan pesimis, karena masih bisa mencari alternatif dana dari provinsi maupun pusat untuk beberapa tambahan dan alokasinya jelas,” tuturnya.
Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sepakat untuk mencari dana keluar dengan memanfaatkan kolega masing-masing yang dimana harus dimaksimalkan dan untuk jangka panjang pemkot sudah menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
“Sudah muncul dan untuk antisipasi sudah membuat surplus listrik. Diharapkan dengan adanya ini akan muncul investor-investor baru dan banyak tenaga kerja yang terserap,” ujarnya.
Sigit mengatakan, sedangkan untuk sektor pariwisata sudah disiapkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPDA)-nya dan sudah diketok oleh DPRD Bontang.
“Kalau ini berjalan maka Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya akan bertambah,” harapnya.
“Sekarang Crude Palm Oil (CPO) sudah ekspor ke mana-mana, kemudian muncul Bontang City Mall (BCM) semuanya sudah dipersiapkan dan akan menambah PAD Kota Bontang,” sambungnya.
Lanjutnya, industri kuliner pun akan bertambah karena persiapannya sudah matang. Terlebih wilayah timur harus bisa menjadi poros maritim nasional terutama di Kota Bontang.
Kuliner tumbuh, makro berpengaruh ke mikro termasuk listrik, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan itu untuk menghadapi resesi. Lebih jauh, Sigit berharap Kota Bontang akan menjadi daerah kunjungan.
“Bontang sendiri terus berbenah. Salah satunya akan menjadikan Rumah Sakit (RS) sebagai rujukan dan secara garis umum kita sudah siap menghadapi resesi ini dan masih aman, jadi masyarakat tidak perlu khawatir,” tutupnya. (**/adv)