Reporter : Tomy Gutama
BONTANG, KALTIMOKE – Dampak Psikologis akibat pandemi Covid-19 tidak luput dari perhatian Komisi I DPRD Kota Bontang.
Seperti yang disampaikan Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang, Maming saat melakukan Rapat Kerja (Raker) bersama Dinas Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Selasa (6/10/2020).
Maming memepertanyakan bagaimana rencana DPPKB dalam menyikapi dampak psikologis yang diakibatkan pandemi Covid-19 di lingkup keluarga, terhadap anak khususnya.
Berdasarkan pengamatannya, Maming mengatakan bahwa selama pandemi tentu anak rentan mengalami ‘stres’. Bahkan tidak hanya anak, banyak juga orang tua yang mengeluhkan hal tersebut. Akibatnya potensi kekerasan dalam rumah tangga pun meningkat.
“Banyak laporan yang masuk ke saya bahwa selama pandemi anak-anak menjadi sulit diatur. Tak hanya itu, bahkan orang pun merasa stres dengan kebiasaan-kebiasaan baru ini,” ujarnya.
Lanjutnya, ia mengatakan agar persoalan ini dapat dijadikan prioritas dalam rencana kegiatan tahun anggaran 2021.
Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pemenuhan Hak Anak DPPKB Trully Tisna mengatakan bahwa pihaknya dalam hal ini telah melakukan upaya tersebut. Seperti menyediakan layanan konseling.
“Sebelum dan sesudah adanya Covid, kami telah membuka layanan konseling tersebut,” ujarnya.
Akan tetapi dalam upaya tersebut, Truly menyampaikan beberapa kendala. Salah satunya kurang dikenalnya program konseling ini dikalangan masyarakat.
“Mungkin ada beberapa yang menghubungi kami melalalui program konseling ini. Namun secara umum nomor yang kami sediakan tidak menyebar luas, hanya diberikan kepada surveilance di layanan kesehatan,” ujarnya.
Kendati demikian, dalam penyampaiannya, Truly mengatakan pihaknya juga telah melakukan upaya lain. Seperti melakukan pergeseran layanan, karena konseling online dirasa kurang efektif.
Pihaknya juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) terkait data pasien anak terpapar Covid-19 yang ada di Kota Bontang.
“Sampai dengan tanggal 3 Oktober sebanyak 60 kasus anak di bawah umur 18 tahun yang positif Covid di Bontang. Data tersebut diluar Kluster Pupuk Kaltim, karena kita belum dapat datanya,” ujarnya.
Dari data tersebut, pihaknya melakukan pendampingan secara individu, dengan program bernama Sapa Anak Selama Covid Agar Tetap Gembira (Sanak Saudara). Dan kegiatan tersebut pure bukan dana dari APBD, tapi dibantu oleh salah satu perusahaan yakni KNI.
“Karena telah mendapatkan nomor telepon dan alamat kemudian kami lakukan pendekatan, kami tanyakan bagaimana perasaannya, kondisinya, apa saja kebutuhannya. Dan kepada orang tuanya, apa saja kesulitan menghadapi anak selama pandemi,” ujarnya.
Selain itu, kami juga menanyakan apa saja kebutuhan sang anak agar tidak mengalami kejenuhan. Untuk itu kami berikan bantuan paket sesuai dengan kegemaran masing-masing.
“Kami juga berikan paket namun bukan berupa sembako, karena kami melihat kebutuhan anak itu berbeda-beda. Seperti alat menggambar, mainan puzzle dan sebagainya,” ujarnya.
Dari ke-60 anak tadi, kami telah melakukan pendekatan sebanyak 23 anak. Karena dalam melakukan pendekatan tidak selesai dalam 1 atau 2 hari pungkas Truly. (**/adv)