Reporter : Mira
BONTANG, KALTIMOKE – Kasus penerkaman buaya terhadap warga Kota Bontang yang terjadi di Lok Tuan, Bontang Utara, sudah acap kali terjadi. Terhitung sejak 5 tahun terakhir, tepatnya 2015 lalu sudah 5 kali hal serupa terulang.
Kota Bontang merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh lautan sebanyak 70,30 persen.
Perairan memang merupakan habitat hewan predator seperti buaya. Hal tersebut diungkapkan, Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Lok Tuan, Aipda Ahmad Bajuri, kepada awak media ini.
“Semenjak saya tugas disini sebagai Bhabinkamtibmas dari tahun 2010 lalu, sudah 5 kali mendapati kasus diterkam buaya. Pertama itu tahun 2015, mbak,” bebernya.
Pria yang akrab disapa Bajuri itu mengatakan, rata-rata yang menjadi korban adalah anak di bawah umur. Karena pada usia tersebut, masih kuat-kuatnya bermain meski sudah ditegur.
“Namanya anak-anak yah, hari ini dibilangin besoknya sudah lupa. Kita juga sudah memasang plang larangan berenang di beberapa titik yang rawan hewan buas. Di Selambai, Rawa-rawa, Kampung Mandar dan sebagainya,” ujarnya di depan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), Kamis (17/9/2020).
Dikonfirmasi terkait penjagaan di tiap-tiap tempat yang sering ada hewan membahayakan tersebut, dirinya menyebut agak kerepotan. Kendati demikian, ia akan berusaha meminimalisir kejadian tersebut dengan selalu mensosialisaikan akan bahaya terkaman buaya.
“Kita juga selalu mensosialisasikan serta mengimbau ke masyarakat agar berhati-hati dan menjaga anak-anaknya. Kita pun akan melakukan pencarian lagi,” sambungnya.
Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan evakuasi atau penangkapan buaya sebanyak 5 kali di lokasi yang berbeda. Diantaranya Selambai berhasil mengamankan 1 ekor, Jl Kapal Selam 1 sebanyak 3 kali dan Hotel Sintuk 1.
Ukuran predator yang ditangkap berdeda-beda, yang paling besar berkisar 5 meter, di bawa ke Balikpapan oleh pihak terkait, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Untuk ukuran kecil, dilepas di Telaga Bening, wilayah Teluk Pandan melalui Taman Nasional Kutai (TNK).
Bajuri berharap agar di Kota Bontang sendiri memiliki tempat penangkaran buaya. Sebab, sebutnya tidak menutup kemungkinan buaya-buaya yang berhasil ditangkap sebelumnya akan lepas kembali. Karena aliran telaga tembus ke laut dan sungai.
“Sebenarnya harapan kami, pemerintah setempat beserta balai konservasi itu membikin suatu penangkaran. Jadi bilamana mendapatkan buaya bisa langsung di taruh disitu, mbak,” harapnya.
“Jadi, buayanya tidak dikembalikan ke alamnya, sehingga kembali ke habitatnya lagi. Secara otomatis tidak beranak pinak di pemukiman dan membahayakan masyarakat. Sekali lagi, kami berharap ada penangkaran buaya di Kota Bontang, mengingat lautannya luas,” tutupnya. (**)