Reporter : Mira
BONTANG, KALTIMOKE – Bakso adalah salah satu makanan favorit orang Indonesia, selain karena rasanya yang enak, bakso juga memiliki ciri khas dengan bentuknya yang bulat seperti bola pingpong.
Namun, pernahkah kamu mendengar soal bakso yang belakangan ini sedang viral dimana-mana.
Yah, Bakso Lobster. Mendengar nama itu, pembaca pasti sedang membayangkan daging lobster yang dibentuk bulat-bulat.
Tapi bakso lobster yang satu ini benar-benar bakso daging dan lobster. Perpaduan antara bakso dan seafood yang unik, menghasilkan makanan yang menggugah selera.
Begitulah, Ismail Maing warga Tanjung Limau, Kota Bontang, menciptakan inovasinya, memang ini bukan kuliner asli kota ini, tapi menu ini pertama di Kota Bontang.
Jika anda ingin mencoba semangkuk bakso lobster, maka anda cukup menyiapkan kocek mulai dari harga Rp40 ribu, Rp50 ribu, Rp60 ribu, Rp70 ribu, Rp80 ribu hingga harga tertinggi Rp400 ribu sesuai dengan ukuran lobster yang berat bisa mencapai 1 kg.
“Kita sudah buka seminggu ini, peminatnya Alhamdulillah ada setiap harinya. Sudah mulai ramai,” ujarnya saat bincang-bincang dengan reporter Kaltimoke.co.id, Rabu (15/7/2020).
Kedai Bakso Lobster tersebut beralamatkan di Tanjung Limau, Gang Keladi 2, RT.03, No.44.
Melayani makan di tempat dan juga bisa pesan antar (Delivery) dengan menghubungi No. 085249038005 atau 083140300271, buka jam 10.00 pagi sampai jam 22.00 malam.
Bakso Lobster yang disajikan, jenis Lobster Bambu yang dibeli dari nelayan sekitar.
Bukan hanya Bakso Lobster, tersedia juga Bakso Cumi, Bakso Udang Gala, Bakso Udang Tiger, dan Bakso Kepiting Rajungan.
“Harga masing-masing Rp30 ribu. Sesuai ukuran,” ungkapnya.
Selain itu, bukan hanya warga sekitar Bontang yang bisa menikmati serta mencicipi makanan ini. Tetapi juga melayani luar daerah, seperti kata Ismail.
“Ada juga yang pesan dari kilo meter 20,” ujarnya.
Ia pun sedikit bercerita asal muasal timbulnya ide untuk membuat Bakso Lobster. Hal tersebut dikarenakan harga lobster ekspor yang semakin menurun drastis disebabkan pandemi Covid-19 yang membuat nelayan malas untuk turun ke laut.
“Awalnya juga saya lihat di Jawa, saya bilang kenapa di Bontang tidak bisa membuat juga. Kan kita punya barang (lobster) supaya lobster ini tetap ada nilainya. Begitupun untuk para nelayan bagaimana caranya agar tetap ada penghasilan. Akhirnya kita coba,” tutur Ismai. (**)