BONTANG, KALTIMOKE – Menghadapi era pasca migas, Wali Kota Bontang, Hj Neni Moerniaeni sudah menyusun strategi. Bagi alumni Fakultas Kedokteran Unhas ini, kota yang dipimpinnya tidak boleh mati saat ketersediaan gas sudah tidak ada lagi.
Salah satu persiapan yang dilakukan Bunda Neni—panggilan akrabnya– tertuang dalam blue print Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sektor ekonomi. Titik tumpunya ada pada ekonomi kreatif dan ekonomi kerakyatan.
“Blue print kita adalah penguatan ekonomi kerakyatan, ekonomi kreatif dengan destinasi wisata kemaritiman,” ungkap Bunda Neni saat meninjau kios-kios pedagang Usaha Kecil Menengah (UKM) di lapangan Bessai Berinta (Langlang), Rabu, 5 September 2018.
Karena itu, ia bertekad memperkuat semua sektor ekonomi kreatif dan destinasi wisata dan seluruh pendukungnya. Termasuk pelabuhan dan airport. “Oleh karena itu kita harus benahi dari sekarang,” ujarnya.
Neni menambahkan, prediksi ketersediaan gas tidak ada lagi di Bontang pada 30 tahun ke depan. Menurut dia, itu bukanlah waktu yang lama. Oleh sebab itu mantan Ketua DPRD Bontang ini mengatakan harus mempersiapkan mulai dari masa sekarang.
“Kita harus punya perencanaan yang matang. Bontang mau dibawa kemana pasca migas karena kita tidak mau menjadi kota mati seperti daerah lain,” tambahnya.
Kunjungan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bontang, Bambang Cipto Mulyo, Kepala Dinas Dinas Perdagangan, UMKM dan Koperasi kota Bontang, Asdar Ibrahim dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK), Tavip Nugroho.
Kata Neni, peningkatan ekonomi kerakyatan, salah satunya dengan merenovasi seluruh lapak pedagang di Langlang yang ada 27 kios. Pemkot telah menganggarkan untuk merenovasi salah satu lokasi yang ramai dikunjungi warga Kota Taman tersebut.
“Tadi saya menawarkan di grup Wali Kota Bontang agar Langlang ini didesain yang cantik dan rapi,” ungkapnya.
Dulu, lanjut Neni, sudah pernah ia memberikan konsep bangunan memanjang berlantai dua. Di bawahnya sebagai tempat jualan, sedangkan di atasnya untuk pameran ekonomi kreatif dan sarana olahraga dengan konsep terbuka tanpa atap.
Dalam kesempatan itu Neni sempat mempertanyakan progres renovasi yang tak kunjung dilakukan. Padahal pihaknya telah menganggarkan untuk perbaikan dan penambahan fasilitas umum tersebut pada Desember 2017.
“Katanya sudah ditenderkan, makanya saya tanya terus mana ini yang dulu saya usulkan? Sudah sampai bulan September loh, padahal Desember 2017 lalu saya ketuk. Kok belum ada ditender, kenapa?” tanyanya.
Kepala Dispora Bontang, Bambang Cipto Mulyo mengatakan, perencanaan perbaikan maupun penambahan fasilitas di Langlang dilakukan Dinas PUPRK. Akan tetapi pembangunan fisiknya ada di Dispora.
“Masalahnya terbentur rencana perluasan lahan di belakang stadion yang belum dibebaskan,” ungkapnya.
“Sertifikat tanahnya masih ada di Bank sebagai jaminan pemilik tanah, sehingga pemerintah belum bisa melakukan pembebasan lahan,” ujar Bambang. (sov/adv)