Oleh : Saparta Abdullah
OPINI, KALTIMOKE — Rabu 9 Desember 2020, kembali Bontang Memilih. Pilihannya sama dengan lima tahun sebelumnya. Tetap Bunda Neni—Hj Neni Moerniaeni—politikus Partai Golkar berlatar belakang dokter spesialis kandungan. Satunya lagi, Adi Darma, mantan Sekda Bontang yang juga pernah bergabung ke Partai Golkar.
Secara track record, keduanya sudah sama-sama pernah menjadi Wali Kota Bontang. Adi Darma menjabat saat Bontang sedang tebal dompetnya. APBD mencapai Rp1,8 triliun. Bunda Neni menjabat saat dompet Bontang mulai menipis, hanya Rp1,3 triliun.
Saat kaya, Adi Darma tidak mampu membelanjakan semua uang dengan baik. Akibatnya banyak sisa lebih penggunaan anggaran (SILPA). Pemerintahannya kemudian dinilai tidak “becus”. Banyak uang, program tidak jalan, tapi uang berlebih. Warga Bontang banyak yang tidak percaya dengan kemampuannya.
Pilkada 2015 menjadi ajang penghakiman rakyat baginya. Dengan segala infrastruktur sebagai petahana, ia harus tumbang. Mulai dari partai, birokrasi, hingga sumberdaya lainnya. Rakyat ingin perubahan.
Saat itu, Adi Darma berpasangan dengan Isro Umar Gani. Sementara Bunda Neni berpasangan Basri Rase. Adi-Isro memborong semua partai. Sementara Neni-Basri maju lewat jalur perseorangan (independent).
Adi Darma jatuh kemudian digantikan Bunda Neni. Anggota DPR RI yang mundur dari jabatannya. Kembali ke Bontang untuk membangun daerah yang pernah dirintis suaminya, Andi Sofyan Hasdam.
Sayang, ia memimpin saat dompet Bontang tidak lagi tebal. Ia harus memutar otak untuk mencukupkan uang belanjanya. Sebab, begitu banyak program pro rakyat yang harus diwujudkan. Mulai bantuan seragam sekolah, sepatu tas, dll.
Modal tipis tapi kaya pengalaman menjadikan Bunda Neni bisa cepat move on. Ia tidak meratapi dompet Bontang yang menipis. Tapi ia bergerak cepat dan melakukan terobosan. Pengalaman menjadi Ketua DPRD Bontang, anggota DPR RI, rupanya membuat ia cepat move on dan bisa cepat keluar dari masalah. Tidak lama. Hanya dua tahun, ia sudah bisa menguasai kendali.
Kalau Bunda Neni pernah menjadi Ketua DPRD Bontang dan anggota DPR RI, Adi Darma belum. Ia baru sebatas calon anggota DPR RI. Nasib baik belum berpihak padanya pada Pemilu 2019. Pemilu yang kata orang-orang menjadi pemilu paling brutal. (bersambung)