BONTANG, KALTIMOKE – Sejatinya, waktu lima tahun—satu periode—merupakan waktu yang sangat baik bagi seorang kepala daerah untuk berkampanye menuju periode kedua. Tak perlu muluk-muluk. Cukup bekerja dengan baik. Mewujudkan visi misi dan janjinya saat kampanye.
Selain itu, kepala daerah dalam lima tahun juga cukup memastikan pelayanan publik berjalan dengan baik. Juga tentu saja memastikan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakatnya terpenuhi. Pendidikan, pelayanan kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya.
Jika ini bisa dilakukan, ditambah dengan pelaksanaan pembangunan secara transparan dan akuntabel. Tertib administrasi dan memenuhi standar akuntansi pelaporan keuangan. Tentu saja tidak mengambil yang bukan haknya alias melakukan kolusi korupsi dan nepotisme (KKN), maka kepala daerah tersebut sejatinya menjadi kepala daerah yang dicintai rakyatnya.
Dengan demikian, menuju periode kedua ia tidak susah. Masyarakat yang akan berbondong-bondong datang dan memintanya kembali untuk melanjutkan pembangunan.
Aspirasi ini juga akan terbaca melalui survei opini publik dan preferensi pemilih yang menjadi sangat familiar sejak era pemilihan langsung diterapkan di Indonesia. Petahana ini akan tergambar di survei sebagai petahana yang perkasa.
Tingkat kesukaan masyarakat akan berada pada posisi 70-80 persen. Elektabilitasnya juga akan demikian. Publik yang puas akan kinerjanya juga berada pada angka-angka yang fantastis. Ini berbanding lurus jumlah orang-orang yang menghendakinya maju kembali untuk mencalonkan diri.
Banyak contoh tentu saja bisa menjadi cermin. Tapi jika ingin yang lebih aktual, ada beberapa nama yang tertangkap di survei yang memiliki elektabilitas yang perkasa yang juga akan berpilkada tahun ini. Sebutlah di Gowa, Sulawesi Selatan, ada kepada daerah muda seperti Adnan Purichta Ichsan YL.
Begitu juga kepala kepala daerah perempuan satu-satunya di Sulsel, Indah Putri Indriani. Sejak tahapan berjalan, hampir-hampir dia kepala daerah ini sulit untuk mendapatkan lawan. Itu karena elektabilitas mereka berada di atas 70 persen. Bahkan bisa saja tembus 80 persen sesuai hasil survei terakhir.
Pada akun medsos keduanya saja, sudah kelihatan betapa tinggi interaksi publik dengan dua kepala daerah ini. Akun fanpage keduanya memiliki followers di atas 50 ribu dengan interaksi yang melebihi jumlah penduduk di wilayahnya.
Berdasarkan data ini, diyakini mereka pun siap melenggang ke periode kedua. Warganya yang meminta mereka untuk terus memimpin daerah. Terus berkarya memajukan dan mensejahterakan daerahnya. Partai pun ramai-ramai mau mengusungnya, meskipun tetap saja mereka juga harus ikut mekanisme partai.
Tapi yang jelas, mereka tidak perlu lagi sosialisasi. Mereka tidak perlu lagi sibuk melakukan kampanye. Apalagi harus memasang baliho di mana-mana. Publik atau masyarakatnya sendiri yang mengkampanyekannya.
Bagaimana dengan Bontang? Akhhh… sudahlah! Hari ini kok saya mengigau yah? Mohon dimaafkan dan Selamat berakhir pekan.
(Abs)*Pembelajar Politik